seperti inikah...

Kumohon jangan biarkan aku tertidur di pelukmu, yang sejatinya bukan tempatku.
Dekapan di dadamu itu masih tujuan untuknya pulang kapanpun dia mau.
Buatku, hangat itu hanya sewaktu-waktu.
Hanya bila keperluanku dan kebutuhanmu bertemu.

****

tidur sendiri

Dengan siapa kamu tidur malam ini?
Masihkah sisi ranjang sebelah kiri angkuh dingin tidak terisi?
Detak detik jam dinding menghitung sepi yang terlewat tanpa kecupan di dahi.
Tidak ada lagi “selamat istirahat, aku cinta kamu sampai mati”.

Nyanyian serangga malam jadi pengantar hingga terlelap di batas pagi.
Sunyi adalah hati yang terjaga dengan rindu ingin berbagi.

Sesungguhnya, Sang Esa mendengar doa kita yang tidur sendiri.
Ada saatnya nanti, dia yang dimimpikan bersama kita membangun mimpi.

mati rasa

Aku bisa merasakan hati yang membusuk pelan-pelan
Baunya menyuduk-nyuduk liang pernafasan

Hei, kalau ini benar rasa yang sudah mati
kenapa dia bangkit lagi dari pekuburan?

Aku bisa merasakan dengki yang merangkak ke permukaan
Bukan hantu, dia mayat hidup yang minta makan

Lelakiku

Usah kauminta belaian dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tanpa ucapmu, lidahku suah mulai menggerayangi.
Siapa hendak menolak disuguhi ciptaan elok seperti ini?
Usah kautanya waktu yang sudah kita lewati.
Aku mau menikmatimu tanpa melihat arloji.
Hanya ingin mengecap sedap, pelan-pelan, pelan sekali.
Hampir seperti stagnasi.
Tanpa ejakulasi.