rasa kemarin sore

Panas terik diredakan oleh lengkung senyummu. Pada debu dan keringat, serta atmosfer yang pengap, aku jadi tak gentar. Jalan bersisian, mendaki dan mencuram, menuju apa yang kau yakini sebagai nyata. Kau, membuat adonan warna jingga yang sangat sempurna untuk kutorehkan dalam kanvas senja. Tandingi semaraknya bianglala ribuan lapis, hingga yang emas keperakkan sekalipun. Kau unik, dan unik adalah kau. Jadi tak heran bila aku sudah merindumu, sedemikian rupa walau seharian tadi kita sudah bertemu. Dan ini membuatku takut, sekaligus yakin akan kita yang tak lagi dua, tapi satu.

No comments:

Post a Comment